Articles,  Muskuloskeletal

Dislokasi TMJ

I. Pengertian
Dislokasi didefinisikan sebagai pergerakan kondilus kearah depan dari eminensia artikulare yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi untuk mereduksinya. Dislokasi berbeda dengan subluksasi dimana pasien dapat mengembalikan kondilus ke dalam fossa secara normal (Kasim & Gazali, 2004). Dislokasi mandibula adalah dislokasi yang dapat terjadi satu sisi (unilateral) atau dua sisi (bilatral) dan dapat bersifat akut atau emergensi,kronis atau long-standing serta kronis yang bersifat rekuren yang dikenal dengan dislokasi habitual, sehingga penderita akan mengalami kelemahan yang sifatnya abnormal dari kapsula pendukung ligamen (Kasim & Gazali, 2004).
Ii. Etiologi
Penyebab dari beberapa kasus dislokasi mandibula Joint adalah lewat trauma yang dialami rahang, degenerasi jaringan disekitar sendi rahang, osteoetritis, reumatoid artritis atau inflamasi, dan Tonsilektomi (Wanri, 2007 ).
Hilangnya Koordinasi Komponen Myofasial

Hilangnya koordinasi dari komponen myofasial ini dapat disebabkan karena myospasm, trauma, atau penyimpangan dari berbagai gerakan rahang. Kurangnya relaksasi dari muskulus protruders bersamaan dengan muskulus elevators dapat menyebabkan myospasme. Myospasme ini menyebabkan mekanisme umpan balik yang menyebabkan kontraksi spastik, sehingga mencegah kembalinya temporomandibular joint (TMJ) ke posisi normal (self-reduction) saat kepala kondilus terjebak pada jaringan lunak fossa infratemporal. Berdasarkan kemampuan untuk kembali secara spontan, dislokasi TMJ dibagi menjadi dislokasi dengan reduksi (reducible) jika kondilus dapat secara spontan kembali pada fossa glenoid (atau disebut juga subluksasi) dan dislokasi tanpa reduksi (irreducible) ketika satu atau kedua kondilus tetap dalam keadaan dislokasi (atau disebut juga luksasi). Pada dislokasi tanpa reduksi, mulut akan menjadi tetap terbuka dan gigi-geligi depan tidak dapat beroklusi.
Faktor Lain yang Menyebabkan Dislokasi TMJ

Walaupun secara umum penyebab dislokasi awal adalah hilang atau berkurangnya koordinasi muskular pada rahang, patogenesis dari dislokasi TMJ merupakan kondisi multifaktorial. Terdapat berbagai jaringan lain yang penting untuk menjaga stabilisasi sendi, seperti kapsul sendi yang didukung oleh berbagai ligament. Oleh karena itu, dislokasi TMJ juga dapat berkaitan dengan capsular weakness dan kelemahan ligament. Perpidahan kondilus mandibula keluar dari fossa glenoid juga dapat dipengaruhi oleh perubahan morfologi dari kondilus, fossa glenoid, eminensia artikularis, arcus zygomatic, dan fissura squamotympanic, yang menyebabkan kondilus terhalang untuk kembali pada posisi normal. Dislokasi kondilus mandibula dapat terjadi pada arah anterior, posterior, superior, medial, maupun lateral dari eminensia artikularis. Dislokasi anterior adalah yang paling banyak terjadi di mana kondilus mandibula berada di depan atau di atas dari eminensia artikularis. Dislokasi ini terjadi karena elevasi dari mandibula oleh muskulus temporalis dan masseter terjadi sebelum relaksasi dari muskulus lateral pterygoid, biasanya disebabkan karena pembukaan mulut yang terlalu lebar. Dislokasi TMJ ke arah posterior biasanya disebabkan karena tekanan atau pukulan pada rahang yang menyebabkan kondilus mandibula terdorong ke arah posterior. Dislokasi lateral biasanya terjadi karena terdapat fraktur pada mandibula, kondilus dapat berada di sebelah lateral dari fossa glenoid, atau di lateral-superior pada fossa temporalis melebihi arcus zygomaticus. Dislokasi superior dapat terjadi karena pukulan saat mulut terbuka sebagian, yang menyebabkan perpindahan kondilus ke arah atas.
Iii. Patofisiologi
Patofisiologi dislokasi temporomandibular joint (TMJ) atau dislokasi mandibula berkaitan dengan koordinasi dari pergerakan mandibula yang kompleks. Berbagai komponen myofasial berkontribusi saat melakukan gerakan membuka dan menutup rahang. Berdasarkan fungsinya, muskulus yang berperan dapat dikelompokan menjadi muskulus elevators (masseter, temporalis, medial pterygoid), retruders (temporalis, digastrik), protruders (lateral pterygoid), dan depressors (digastrik, mylohyoid, geniohyoid). Secara umum, awalnya dislokasi TMJ disebabkan karena kurangnya koordinasi berbagai muskulus tersebut saat proses penutupan mulut, sehingga menyebabkan kepala kondilus mandibula tidak berada pada posisi normalnya, yaitu pada fossa glenoid.
IV. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gangguan dislokasi mandibula Joint adalah sakit atau perih sekitar sendi rahang, rasa sakit disekitar telinga, kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan, rasa sakit diwajah, suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut, rahang terkunci, kaku, sehingga mulut sulit di buka atau ditutup, sakit kepala, gigitan yang rasanya tidak pas,dan gigi-gigi yang mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur (Harjono & Rohana, 2008).
V. Penatalaksanaan Fisioterapi Teknologi dan Intervensi Fisioterapi
  • Infra Red

Infra Red adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari gelombang cahaya tampak, radiasi infra merah memiliki jangkauan tiga order dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1mm.

 

  • Massage

Menurut Priyonoadi & Graha (2012)Massage berasal dari Bahasa arab “maas” yang berarti menyentuh atau meraba. Massage diambil dari bahasa Francis. Dalam bahasa indonesia disebut pijet atau mengurut. Massage dapat diartikan pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia. Dapat pula didefinisikan dengan gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan dan manipulasi.

 

  • Terapi Latihan
    • Active movement Merupakan bagian dari active exercise yang dihasilkan oleh kontraksi otot yang melawan gaya gravitasi pada bagian tubuh yag bergerak, tanpa adanya bantuan atau tenaga dari luar, dengan tujuan sebagai mobilisasi, rileksasi dan sebagai persiapan untuk latihan selanjutnya. Gerakan yang dilakukan secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup gerak penuh dan diikuti rileksasi otot akan menghasilkan penurunan nyeri(Kisner & Colby, 2007). Mekanisme gerak yang disadari dalam penurunan nyeri adalah bahwa peranan muscle spindle sangat penting alam mekanisme ini, sama pentingnya dalam penurunan nyeri dengan menggunakan gerakan pasif. Untuk menekankan pentingnya sistem eferen gamma, eferen gamma adalah suatu serabut saraf kecil yang bertugas meragsang ujung-ujung serabut intrafusal agar merangsang ujung-ujung serabut intrafusal agar daerah sentral berkontraksi. Bila sinyal dikirimkan dari korteks motorik atau dari daera otak lain apapun ke motoneuron gamma hampir selalu terangsang pada saat bersamaan. Ini menyebabkan serabut otot ekstrafusal dan intrafusal berkontraksi pada saat yang sama.
    • Passive movement Pemberian Terapi Latihan pada kasus dislokasi mandibula untuk meningkatkan lingkup gerak sendi. Latihan yang diberikan adalah latihan dengan metodepasive movement. Mekanisme penurunan nyeri oleh gerakan passive movement sebagai berikut: adanya stimulasi kinestik berupa gerakan rileks pasif movement yang murni berasal dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan dari anggota tubuh pasien akan merangsang muscle spindle dan organ tendo golgi dalam pengaturan motorik.
    • Resisted movement Merupakan bagian dari active exercise dimana terjadi kontraksi otot secara statik maupun dinamik dengan diberikan tahanan dari luar, dengan tujuan meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan daya tahan otot. Tahanan dari luar bisa manual atau mekanik. Tahanan manual adalah tahanan. Dimana latihan ini akan meningkatkan rekruitment motor unitmotor, unit sehingga akan semakin banyak melibatkan komponen otot yang bekerja, dapat dilakukan dengan peningkatan secara bertahap beban atau tahanan yang diberikan dengan penurunan frekuensi pengulagan (Kisner & Colby, 2007) mekanisme peningkatan kekutan otot melalui gerakan resisted active exercise adalah dengan adanya irradiasi atau over flow reaction akan mempengaruhi rangsangan terhadap motor unit, motor unit merupakan suatu neuron dan group otot yang disarafinya. Komponenkomponen serabut otot akan berkontraksi bila motor unit tersebut diaktifir dengan memberikan rangsangan pada cell (AHC)nya. Jadi kekutan kontraksi otot ditentukan motor unitnya, karena otot terdiri fari serabutserabut dengan motor unit yang mensarafinya, maka kontraksi otot secara keseluruhan tergantung dari jumlah motor unit yang mengaktifkan otot tersebut pada saat itu. Jumlah motor unit yang besar akan menimbulkan kotraksi otot yang kuat, sedangka kontraksi otot yang lemah hanya membutuhkan keaktifan motor unit relatif lebih sedikit (Narayanan, 2005)

IMFI atau bisa di sebut dengan Ikatan Mahasiwa Fisioterapi Indonesia adalah sebuah Perkumpulan Mahasiswa Program Studi Fisioterapi di Indonesia. IMFI mengcangkup beberapa daerah yang ada di Indonesia salah satunya IMFI Wilayah II yang berada pada wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *