Articles,  Muskuloskeletal

Osteoporosis

I. Pengertian
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubanglubang atau keropos.Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang Dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2017). Orang yang biasanya cenderung mengalami osteoporosis Adalah orangtua yang sudah lanjut usia atau (lansia), tetapi walaupun begitu orang muda pun Dapat mengalami osteoposis tersebut.
Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang dan ada perubahan mikroarsitektur jaringan tulang, mengakibatkan menurunya kekuatan tulang, meningkatnya kerapuhan tulang, dan resiko terjadinya patah (WHO,2012). Osteoporosis ini terjadi karena ketidakseimbangan antara tulang baru dan resorpsi tulang tua. Osteoporosis tidak akan memiliki tanda-tanda dan juga gejala yang signifikan hingga akhirnya terjadi fraktur, Itulah sebabnya kasus ini atau penyakit ini sering disebut sebagai “silent disease”.
Osteoporosis terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
  • Osteoporosis primer, terbagi menjadi 2 yaitu :
    1. Osteoporosis primer tipe 1, Adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, yang akibatnya itu karena kurangnya hormone estrogen, yang biasanya terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause, dan juga pada pria terjadi karena faktor kekurangan tetosteron, yakni setelah pria mengalami andropause, yang berarti berkurangnya produksi hormone testoteron.
    2. Osteoporosis primer tipe 2, sering disebut dengan istilah osteoporosis senil/penuaan.
  • Osteoporosis sekunder

Osteopororsis ini bisa terjadi karena adanya penyakit yang mendasari dan juga pemakaian obat-obatan dan lain sebagainya, pada osteoporosis sekunder ini yang terjadi adalah penurunan densitas tulang yang cukup berat.

  • Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis idopatik ini Adalah salah satu jenis osteoporosis yang belum diketahui penyebabnya dan di temukan pada usia anak-anak (juvenil), usia remaja (adolesen), dan pria usia pertengahan.

II. Prevalensi
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Suatu penelitian baru dari international osteoporosis foundation (IOF) mengungkapkan bahwasanya 1 dari 4 perempuan di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki resiko terkena osteoporosis. Dan untuk perbandingan antara perempuan dan laki-laki, perempuan memiliki resiko yang tinggi untuk terkena osteoporosis. Penyebab utama mengapa perempuan Lebih rentan terkena osteoporosis Adalah Ketika wanita paska menopause, sehingga setelah wanita menopause menyebabkan hormone estrogen hilang dan akhirnya meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis, namun karena gejala baru muncul setelah bertambahnya usia sekitar 50 tahun, osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.
Untuk prevalensi nya menurut Pusdatin KEMKES 2006, prevalensi osteoporosis pada perempuan biasanya meningkat karena seiring bertambahnya usia. Prevalensi osteoporosis pada perempuan meningkat Lebih tinggi pada pemeriksaan tulang selain spine L1-L4, femur neck, dan total femur. Sedangkan prevalensi yang terjadi pada laki-laki biasanya juga meningkat karena seiring bertambahnya usia, akan tetapi tidak sebesar yang ada pada perempuan. Prevalensi osteoporosis pada perempuan pemeriksaan tulang any site 4 kali Lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Hasil pemeriksaan BMD pada tulang belakang dari tulang femur wanita di Indonesia pada tahun 2006 yaitu bahwasanya masa puncak Bone Mineral Density untuk seluruh tulang antara usia 30-39 tahun. Kepadatan tulang tertinggi pada tulang Spine L1-L4 pada usia 35 tahun yaitu sebesar 1,12gr/cm2 kepadan tulang yang terendah terlihat pada tulang femur bagian Trochanter. Sedangkan hasil pemeriksaaan BMD pada tulang belakang dari tulang femur laki-laki di Indonesia pada tahun 2006 yaitu pada tulang Spine L1-L4 relatif Lebih stabil dari usia 25-75 tahun. Sedangkan pemeriksaan BMD pada Thochanter terlihat menurun tajam dari usia 75 tahun, yaitu dari 0,83 menjadi 0,77.
Penelitian terbaru dari International Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki risiko terkena osteoporosis. Badan Litbang Gizi Depkes RI tahun2006, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) adalah 41,7% danprevalensi osteoporosis sebesar 10,3% yang berarti 2 dari 5 penduduk Indonesiaberisiko terkena osteoporosis. Hasil analisa Depkes yang dilakukan di 14 propinsimenunjukkan masalah osteoporosis telah mencapai pada tingkat perlu diwaspadaiyaitu sekitar 19,7% dari jumlah lansia yang ada (Depkes RI, 2006).Hal itu ditandaijuga dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata orang Indonesia, yakni hanya 254mg per hari (Thanaseelan, 2010).
III. Gejala
Osteoporosis merupakan salah satu masalah utama dalam sistem rangka manusia. Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya baru diketahui saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. Seiring berkurangnya kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami gejala berikut:
  • Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan
  • Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
  • Postur badan membungkuk
  • Tinggi badan berkurang
IV. Etiologi dan Faktor resiko
Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk meregenerasi tulang. Hal ini berdampak pada berkurangnya kepadatan tulang. Penurunan kemampuan regenerasi ini biasanya akan dimulai saat seseorang memasuki usia 35 tahun. Selain faktor usia, berikut ini adalah beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis:
  • Berjenis kelamin wanita, terutama setelah menopause
  • Memiliki keluarga dengan riwayat osteoporosis
  • Mengalami kekurangan vitamin D dan kalsium
  • Mengalami gangguan hormonal dan penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn atau malabsorbsi
  • Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
  • Mengalami kecanduan alkohol
  • Merokok
V. patofisiologi
Patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan perubahan kepadatan dan kekuatan tulang akibat ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi tulang. Kepadatan dan kekuatan tulang ini ditentukan oleh aktivitas osteoblas untuk membentuk tulang dan aktivitas osteoklas untuk resorpsi tulang. Ketidakseimbangan proses berupa peningkatan resorpsi hingga melebihi pembentukan tulang dalam jangka panjang akan menyebabkan terjadinya osteoporosis. Puncak massa tulang biasanya tercapai pada sekitar usia 30 tahun. Setelah itu perlahan massa tulang menurun menjadi semakin berporos, tulang trabekula menipis. Puncak massa tulang yang inadekuat, mengakibatkan densitas massa tulang rendah. Berbagai faktor risiko seperti penuaan, hipogonadisme maupun kondisi menopause, laju turnover tulang yang tinggi akan meningkatkan kehilangan massa tulang sehingga menurunkan kualitas tulang. Penurunan massa dan kualitas tulang akan meningkatkan kerapuhan tulang. Tulang menjadi rentan fraktur.
Vi. Diagnosis
Diagnosis osteoporosis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik, rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus. Jika dokter mendiagnosis massa tulang yang rendah, dia mungkin ingin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos tulang, termasuk osteomalasia (penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh mineralisasi tulang yang abnormal) atau hiperparatiroidisme (aktivitas berlebihan kelenjar paratiroid).

Densitometri tulang biasanya dilakukan pada wanita yang menginjak usia menopause. Beberapa jenis densitometri tulang digunakan untuk mendeteksi keropos tulang di berbagai area tubuh. Dual-energi x-ray absorptiometry (DEXA) adalah salah satu metode yang paling akurat, tetapi teknik lain juga dapat mengidentifikasi osteoporosis, termasuk photon absorptiometry tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG.

Vii. penanganan

Perawatan untuk osteoporosis meliputi:

 

  • Diet seimbang kaya kalsium dan vitamin D
  • Rencana latihan
  • Gaya hidup yang sehat
  • Obat-obatan, jika diperlukan. (terapi penggantian estrogen, modulator reseptor estrogen selektif, kalsitonin, dan bifosfonat.)
DAFTAR pUSTAKA

IMFI atau bisa di sebut dengan Ikatan Mahasiwa Fisioterapi Indonesia adalah sebuah Perkumpulan Mahasiswa Program Studi Fisioterapi di Indonesia. IMFI mengcangkup beberapa daerah yang ada di Indonesia salah satunya IMFI Wilayah II yang berada pada wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *