Articles,  Muskuloskeletal

Patah Tulang

A. Pengertian
Pengertian Patah Tulang atau bisa disebut fraktur tulang merupakan kondisi pasien yang mengalami patah tulang yang mengakibatkan posisi atau bentuknya berubah. Patah tulang tidak lah mengenal tempat dimana dia harus patah, melainkan patah tulang dapat terjadi dibagian tubuh mana pun, walaupun begitu patah tulang yang sering kita dengar terjadi di bagian kaki, bagian tangan, tulang belakang, dan juga yang lainnya. Kondisi seperti ini biasanya disebabkan oleh adanya benturan kuat atau tekanan yang kuat terhadap tulang itu sendiri, dan juga dapat disebabkan oleh kekuatan tulang yang semakin melemah serta dapat juga diakibatkan oleh pengapuran yang terjadi pada tulang, dan tidak hanya itu patah tulang juga dapat diakibatkan oleh kecelakaan-kecelakaan lalu lintas dan yang lainnya. Patah tulang memiliki beberapa jenis, secara garis besar yaitu :
  1. Fraktur farsial yang merupakan kondisi dimana tulang yang patah tidak seutuhnya.
  2. Fraktur total yang merupakan kebalikan dari fraktur farsial yang artinya kondisi tulang yang patah secara seutuhnya atau tulang yang patah tersebut terbagi menjadi 2 atau bahkan bisa juga lebih.
  3. Fraktur tertutup yang merupakan kondisi dimana disaat tulang patah, tidak menembus kepada kulit pasien.
  4. Fraktur terbuka yang meupakan kebalikan dari pengertian fraktur tertutup yaitu disaat tulang patah, tulang tersebut menembus kulit pasien.
B. Prevalensi
Pada tahun 2011, World Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 5,6 juta orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan 1,3 juta orang menderita fraktur. Insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi salah satunya adalah insiden fraktur ekstremitas bawah dengan angka prevalensi sebesar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi (WHO, 2011). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2018, di Indonesia tercatat angka kejadian fraktur sebanyak 5,5%. Sementara itu, untuk prevalensi cedera menurut bagian tubuh, cedera pada bagian ekstremitas bawah memiliki prevalensi tertinggi yaitu 67,9% sedangkan di D.I Yogyakarta sebesar 64,5% (RISKESDAS, 2018).
Depkes RI 2011 mengungkapkan, dari sekian banyak kasus fraktur yang terjadi di Indonesia, fraktur yang terjadi di ekstremitas bawah lebih tinggi prevalensinya daripada fraktus yang terjadi dibagian tubuh manapun, yang mana sekitar 46,2%. Untuk perbandingannya yaitu dari 45.987 orang dengan kasus fraktus yang terjadi di ekstremitas bawah akibat dari kecelakaan, 19.629 orang yang mengalami fraktur pada bagian tulang femur (tulang paha). (Depkes RI, 2011).
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Patah tulang terjadi ketika tulang menerima tekanan yang lebih besar dari yang bisa diterima oleh tulang tersebut. Makin besar tekanan yang diterima tulang, umumnya akan makin berat pula tingkat keparahan patah tulang.

Kondisi yang dapat mengakibatkan patah tulang antara lain:
  • Cedera akibat terjatuh, kecelakaan, atau perkelahian
  • Cedera akibat hentakan berulang, misalnya saat baris-berbaris atau berolahraga
  • Penyakit yang dapat melemahkan tulang, seperti osteoporosis, osteogenesis imperfekta (kelainan genetik yang menyebabkan tulang rapuh), infeksi tulang, dan kanker tulang.
Faktor risiko patah tulang.
Patah tulang dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih berisiko dialami oleh orang dengan beberapa faktor berikut:
  • Berusia lanjut
  • Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah berusia di atas 50 tahun
  • Memiliki gaya hidup yang kurang aktif bergerak atau sedentary lifestyle
  • Kurang asupan nutrisi, terutama kalsium dan vitamin D
  • Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
  • Memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Menderita rheumatoid arthritis, diabetes, gangguan saluran percernaan, atau gangguan pada kelenjarendokrin.
D. Patofisiologi
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadikerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebutadalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkanhematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yangmengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai denganvasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan prosespenyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudianmerangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yangmensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkantekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan proteinplasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentukakan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.
E. Diagnosis
  1. X-Ray (Foto Rontgen Tulang)

      Pemeriksaan ini merupakan metode diagnosis paling umum digunakan pada patah tulang, untuk memberikan gambaran tulang secara keseluruhan dan tanda-tanda kerusakan yang ada. Selain itu, foto rontgen dapat membantu menentukan tipe dan lokasi dari patah tulang.

 

  1. CT-Scan atau MRI

      Pemeriksaan ini memperlihatkan patahan tulang yang tidak dapat ditunjukkan oleh X-ray, serta kerusakan pada jaringan lunak di sekitarnya dan organ tubuh lain.

 

  1. Pemindaian Tulang

      Pemindaian tulang dilakukan untuk membantu menilai kondisi tulang dan mendeteksi patah tulang, serta abnomalitas lainnya yang tidak terlihat pada foto rontgen tulang. Pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi dini kanker primer dan kanker yang telah menyebar ke tulang.

F. Peranan Fisioterapi
  1. Terapi Fisik

      Selama masa imobilisasi atau pengobatan fraktur umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, seperti mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri akibat patah tulang, Membantu sirkulasi darah ke area tulang yang patah, dan Mempertahankan fungsi otot.

 

  1. Terapi Okupasi

      Terapi okupasi adalah bentuk perawatan untuk melatih pasien dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan seaman mungkin selama masa pemulihan, seperti berpakaian, mandi, mencuci, menyiapkan makanan, dan sebagainya.

G. Pengobatan
Pengobatannya berupa :
  • Obat penghilang rasa nyeri,
  • Pembidaian,
  • Pemasangan gips,
  • Penarikan tulang, dan
  • Fiksasi internal (operasi)
H. Pencegahan
Langkah utama dalam pencegahan patah tulang adalah dengan menjaga kesehatan tulang, dengan cara:
  1. Mengonsumsi Makanan Bernutrisi

      Untuk menjaga kesehatan tulang, dibutuhkan pasokan kalsium yang cukup. Contohnya dari makanan seperti susu, keju, yogurt, sayuran berdaun hijau.

 

 

  1. Mendapatkan Asupan Vitamin D yang Cukup

      Selain, makanan sarat kalsium, vitamin D juga dapat menjaga kesehatan tulang. Vitamin D bisa diperoleh dari makanan seperti telur dan ikan, suplemen maupun sinar matahari.

IMFI atau bisa di sebut dengan Ikatan Mahasiwa Fisioterapi Indonesia adalah sebuah Perkumpulan Mahasiswa Program Studi Fisioterapi di Indonesia. IMFI mengcangkup beberapa daerah yang ada di Indonesia salah satunya IMFI Wilayah II yang berada pada wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *