Stroke
Faktor resiko yang tidak dapat diubah, seperti umur, etnis, factor genetic, dan jenis kelamin.
Faktor yang dapat diubah antara lain, hipertensi, obesitas, penyakit kardiovaskuler, penyakit metabolic, penggunaan antikoagulen, konsumsi alkohol, dan juga gaya hidup
Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak merembes kesekitarannya bahkan dapat masuk ke ventrikel. Ekstravasi darah terjadi di daerah otak dan subarachnoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat menyebabkan penekanan pada arteri disekitar perdarahan. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil karena terjadi penekanan, maka daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami nekrosis karena kerja enzim-enzim, maka bekuan darah akan mencair sehingga terbentuknya suatu rongga (Smeltzer & Bare, 2002).
- Gejala Utama :
- Wajah (Face), akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu tersenyum.
- Lengan (Arms), tidak mampu mengangkat salah satu lengan bahkan tungkai karena lemas atau mati rasa.
- Cara bicara (Speech) , ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali.
- Gejala Lainnya :
- Mual dan muntah,
- Sakit kepala hebat,
- Penurunan kesadaran,
- Hilangnya penglihatan,
- Gangguan pada keseimbangan dan kendali gerak tubuh,
- Sulit menelan.
- Pemeriksaan Darah
Melalui sampel darah dapat membantu dokter mengidentifikasi penyakit lain yang mungkin meningkatkan resiko terkena stroke.
- Computerized Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dapat menunjukkan adanya infark atau pendarahan dan untuk membedakan jenis stroke.
- Ultrasonography (USG kaki)
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk mencari gumpalan darah pada vena kaki bagian dalam, yaitu vena trombosis (DVT)
- Endarterektomi Karotis
Operasi pengangkatan palak yang menumpuk di arteri karotis yang berada di leher.
- Cerebral Angiongraphy
Tes ini untuk melihat pembuluh darah pada leher dan otak dengan menyuntikkan zat kedalam arteri karotid.
- Transthoracic Echocardiogram (TTE)
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk mencari gumpalan darah atau sumber emboli pada jantung.
- Elektrokardiogram
Untuk mengidentifikasi masalah terkait kondisi listrik jantung.
- Transcranial Doppler (TCD)
Menggunakan gelombang suara untuk mengetahui aliran darah melalui pembuluh darah utama di otak.
- Terapi Bicara dan Bahasa
Terapis akan melatih pasien berbicara dengan runtut dan jelas. Jika gangguan terlalu parah maka terapi stroke yang dilakukan adalah mencari cara berkomunikasi selain berbicara.
- Rehabilitasi
Melatih kembali jalur otak untuk meningkatkan fungsi mental dan fisik setelah penyakit atau cidera.
- Terapi kerja
Meningkatkan kualitas hidup sehari-hari dan keterampilan kerja pasien.
- Terapi Fisik
Efeknya koordinasi dan gerakan tubuh jadi berkurang sekaligus susah melakukan aktivitas fisik seperti berjalan dan berdiri. Terapi fisik membantu memperkuat otot tubuh dan melatih penderita stroke untuk bisa kembali beraktivitas setelah mengalami kerusakan otak.
- Terapi infrared
Untuk memancarkan sinar panas pada tubuhpasien yang akan diterapi.
- Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Dengan menggunakan energi listrik bertujuan untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf sensorik melalui permukaan kulit pada pasien.
IMFI Wilayah II
IMFI atau bisa di sebut dengan Ikatan Mahasiwa Fisioterapi Indonesia adalah sebuah Perkumpulan Mahasiswa Program Studi Fisioterapi di Indonesia. IMFI mengcangkup beberapa daerah yang ada di Indonesia salah satunya IMFI Wilayah II yang berada pada wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat
You May Also Like

Manfaat Jogging Untuk Kesehatan Jantung
09/05/2022
Kondisi Jantung Terendam Air, Kenali Efusi Perikardium
13/08/2022