Articles,  Pediatrik

Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum Pada Anak

I. Pendahuluan
Sumber klikdokter
Pemantauan perkembangan anak secara dini dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mendeteksi secara dini adanya keterlambatan dan gangguan perkembangan yang angka kejadian semakin meningkat, sehingga dapat dilakukan intervensi dini. Intervensi dini ini dapat dilakukan karena adanya kemampuan plastisitas otak. Pemantauan perkembangan harus dilakukan pada semua bayi baik dengan maupun tanpa faktor risiko.
Sebagian besar anak dengan masalah perkembangan tidak menunjukan gejala yang jelas sehingga tidak terdiagnosis kalau hanya menggunakan milestone perkembangan saja. Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan survailance perkembangan (menggunakan milestone perkembangan tetapi dilakukan secara berkelanjutan) maupun skrening perkembangan dengan mengunakan intrumen yang telah tervalidasi.
II. Pembahasan
Perkembangan merupakan proses bertambahnya kemampuan dari yang sederhana menjadi yang lebih kompleks, sehingga memungkinkan seseorang (atau struktur atau fungsi organ) menjalankan fungsinya.
Anak yang lahir tentunya tidak serta merta langsung mampu melakukan berbagai hal, tapi berkembang bertahap sesuai dengan usianya. Tahapan-tahapan perkembangan yang normal ini disebut dengan milestone pertumbuhan. Sebagai contoh, umumnya seorang anak mampu mengangkat kepala pada usia 6 bulan, berbicara fasih pada usia 2 tahun, dan sebagainya. Pemeriksaan kemajuan perkembangan anak dilakukan menggunakan kuesioner pra-skrining perkembangan (KPSP) yang dilakukan secara rutin tiap 3 bulan pada dua tahun pertama kehidupan, tiap 6 bulan sejak usia 2 tahun hingga 6 tahun. Pada saat skrining, akan dinilai apakah anak mengalami perkembangan sesuai dengan milestonenya pada aspek :
    • Perkembangan motorik kasar (seperti berjalan, berdiri) dan halus (seperti menulis),
    • Perkembangan emosional/sosial, seperti bagaimana anak tersenyum dan bersosialisasi,
    • Perkembangan kognitif, seperti ingatan, logika, kecerdasan,
    • Perkembangan bicara dan bahasa,
    • Fungsi hidup sehari-hari.
Global development delay (GDD) ialah kecacatan perkembangan dalam arti terdapat adanya penundaan yang signifikan pada dua/lebih domain perkembangan antara lain : personal sosial, gross motor (motorik kasar), fine motor (motorik halus), Bahasa, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Keterlambatan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi sebelum anak lahir (contoh: kelainan bawaan seperti down syndrome, akibat merokok/konsumsi alkohol saat hamil, atau infeksi saat kehamilan), persalinan (anak lahir prematur, berat badan lahir rendah, anak mengalami gangguan pernapasan saat lahir), setelah lahir (infeksi, cedera kepala, stroke), dan penyebab lain seperti kurangnya stimulasi, malnutrisi, atau pola pengasuhan yang salah.
Keterlambatan perkembangan dinilai berdasarkan capaian keterampilan/perkembangannya pada usia anak, dibandingkan dengan milestone pada usia tersebut. Jika anak dinilai terhambat perkembangannya, maka perlu dilakukan evaluasi penyebab, yang mana hal ini akan memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak seperti dokter anak, dokter THT, dokter rehab medik, dokter saraf, hingga psikologi. Dokter akan melakukan pemeriksaan secara detail untuk memastikan penyebab, sebelum kemudian menentukan tata laksana yang sesuai dengan penyebabnya. Tata laksana dilakukan melalui pelatihan-pelatihan rehabilitasi yang sudah dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan anak.
IIi. Pemberian terapi latihan
  1. Exercise Fleksor dan Ekstensor Knee
    • Pasien : berbaring terlentang
    • Terapis : di sebelah distal anak dengan pegangan pada distal kedua lutut
    • Gerakan : fleksi hip dan fleksi ankle secara bergantian
    • Pengulangan : 8 x per sesi latihan
  2. Exercise Tidur Terlentang ke Duduk
    • Pasien : berbaring terlentang kaki seperti bersila
    • Terapis : di depan anak, lutut terapis memfiksasi lutut anak.
    • Gerakan : anak diminta bangun, memberi exerciseberupa tarikan pada tanganya setelah posisi pasien duduk terapis memberikan aproksimasi pada bahu
  3. Exercise Kneeling Dari Crawling
    • Pasien : crawling

    • Terapis : duduk bersimpuh di belakang anak

    • Gerakan : terapis memegang pelvis sebagai KOC. Berikan aba-aba agar anak menekuk lututnya,sambil memberikan sedikit bantuan dengan menarik pelvis ke arah depan dan keatas sampai posisi kneeling, pertahankan posisi sampai beberapa saat.

    • Pengulangan : sekali per sesi latihan

  4. Exercise Keseimbangan Duduk Pada Guling
    • Pasien : duduk dengan guling di antaranya

    • Terapis : berada di belakang anak

    • Gerakan : terapis menggoyang-goyangkan guling ke kanan dan kiri Pengulangan : sekali per sesi latihan.

  5. Exercise Keseimbangan Pada Bola
    • Pasien : berbaring di atas bola

    • Terapis : berada di distal anak memberikan fiksasi pada ankle

    • Gerakan : terapis menggoyang-goyangkan bola ke segala arah Pengulangan : sekali per sesi latihan.

Tujuan exercise untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal, untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja, diperlukan dalam aktifitas sehari-hari pada anak developmental delay.
Iv. Kesimpulan
Anak meiliki pola tumbuh kembangnya tahapan – tahapan perkembangan anak disebut milestone. Apabila tahapan – tahapan tersebut terdapat keterlambatan sebaiknya orang tua disarankan untuk memeriksa tumbuh kembang anak dengan dokter pediatri.

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Writer of articles :

Bunga Anisa (UPN Veteran Jakarta)

Maharani Soleha (Universitas Indonesia)

IMFI atau bisa di sebut dengan Ikatan Mahasiwa Fisioterapi Indonesia adalah sebuah Perkumpulan Mahasiswa Program Studi Fisioterapi di Indonesia. IMFI mengcangkup beberapa daerah yang ada di Indonesia salah satunya IMFI Wilayah II yang berada pada wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *